Usul 34 / B;4: Dalam pembacaan Talqin di atas qubur . dapatkah si mendiang ( yang di makamkan ) hidup kembali / mendengarkan nasihat Talqin tersebut ? ataukah orang yang menganter jenzah itu yang di nasihati oleh talqin tersebut?
Jawab : Usul tersebut kami jawab dengan jawaban ibnu tayimiyah di dalam fatwa Kubranya, Juzu’ Awal halaman : 289 Ibaratnya dengan Ikhtisar;
و قد ثبت طا ئفة من الصحابة انهم ا مر و به كابي ا مامة تالباهل و غيره . والذي في السنني عن النبي صلي الله عليه و سلم انه كان يقوم علي قبر الرجل من اصحابه ا ذ ا دفن و يقول سلوا له التثبيت فانه الان يسئل , وقد ثبت ان المقبور يسئل ويمتحن فلهذا قيل ان التلقين ينفعه فان الميت يسمع النداء كما ثبت في الصحيح عن النبي صلم : قال ما انتم باسمع لما اقول منهم و انه امرنا بالسلام علي الموتي فقال ما من رجل يمر بقبر رجل يعرفه في الدنيا فسلم الا رد الله عليه روحه حتي يرد عليه السلام
Adapun orang yang hidup tidak di talqin, Kalau mau mentalqin orang hidup hendaklah pergi ke pasar-pasar di san talqin mereka, dengan hadis- hadis tersebut telah jelas si mayit itu mendengar dan mendapat mamfaat dengan talqin itu, dan dengan asar tersebut dapat di ketahui bahawa mentalqinkn orang yang sudah mati itu sunnat. Adapun orang yang belum balig tidak sunnat di talqinkan sebab mereka tidak di Tanya oleh malaikat mungkar dan Nakir.
Dalil tentang Talqin
dan Ziarah Kubur
Usul 22 / B: 2 : Apakah dalil Al-Qur’an / Hadis menengenai talqin dan ziarah kubur sedangkan di dalam al-qur’an tidak boleh dengan alasan sebgai berikut :
و لا تصل علي احد ما ت منهم ا بد ا و لا تقم علي قبره
Jawab : Ayat tersebut yang di kemukakan oleh penanya tidak ada sangkaut pautnya dengan larangan talqin atau ziarah kubur. Ayat tersebut sebab turunnya adalah: tatkala rasulullah SAWmenghadiri penguburan Abdullah bin Ubayyi bin salul sedangkan dia adalah kepala orang munafiq , maka turunlah ayat tersebut yang artinya L Hai Muhammad janganlah kamu menyembayangi atas seseorang yang mati dari pada mereka ( orang munafiqin ) selama-lamanya dan jangan engkau berdiri di atas kuburnya.
Adapun Masalah Ziarah kubur Ittifaq aemua Mazhab dan orang Wahabi atas sunnatnya dengan dalil hadis sebagi berikut:
كنت نهيتكم عن ز يا ر ة االقبو ر فز و ر ها ( رو ا ه البخا ري )
Kecuali terdapat fitnah seperti yang di lakukan oleh muda mudi setelah hari raya . dalam hal ini ittifaq atas haramnya. Begitu di sebut dalm kitab al fiqih ala mazhabil arba’ah halaman 54 juzu’ I.
Adapun Masalah Talqin Menurut Ahlul Mazahib adalah suunat , dengan bersandar/ beralasan kepada Firman Allah dalam Al-qur’an sebagi berikut :
فذ كر فا ن الذكر تنفع المؤ مؤ منين
Bagitu pula dalam hal pembacaan Talqin itu adalah melaksanakan pesuruh Nabi yang mana telah bersabda:
ا سئلوا لا خيكم التثبيت فا نه الا ن يسئل
Selain itu di dalam Talqin ada Ucapan :
ثبتك الله بالقو ل الثا بت
Mengirim Pahala Zikir atau Fatihah
Usul 1 / B: 5: Kalau kita mengirim Pahala zikir / Fatehah kepada arwah seseorang . apakah biasa sampai atau tidak ?
Jawab: Disini kami nukil pendapat Ualam’-Ulama’ Mazhab yang empat pada masalah tersebut kami nukil dengan ikhtisar dari kitab “ faidul Khabir “ halaman : 200 dan seterusnya , karangan guru kami Al- Marhum As- sayid Alawi Ibnu As-Sayid Abbas Al- Maliki terjemahannya sebagai berikut:
Mazhab Maliki
Kata Qadhi Iyad di dalam syarah Muslim Pada Hadis dua pelapah kurma yang masih basah yang di tanam oleh Nabi SAW. Di atas dua Kuburan lalu Nabi bersabda: “ Diringankan siksa atas dua isi Kuburan itu selama kedua pelapah korma itu masih tinggal basah” Kata Qadhi Iyad , dari sini Ulama’ mengambil hukum sunatnya membaca Al-Qur’an bagi mayit karana apabila diringankan siksa atas mayit itu dengan tasbih dua pelafah korma, sedangkan keduanya barang beku , maka lebih utama dengan pembacaan Al-Qur’an yang di lakukan oleh sesorang mu’min . dan seyogyanya ( seharusnya ) jangan di tinggalkan masalah tersebut dan mudah-mudahan sebenarnya sampai kedua orang itu mati, dan begitu pula tahlil yang berlaku pada adat orang banyak , seharusnya di perbuat dan berpegang pada yang demikian atas kelebihan Allah SWT. . Kata Ibnul Haj pada “ Madhal “ ( seseorang ulama’ besar Mazhab Maliki ) :” Barang siapa menghendaki sampai pahala pahala Qur’annya dengan tidak Khilaf maka hendaklah ia ringankan dengan Do’a dengan katanya : Hai tuhanku sampaikanlah pahala Qira’ah ini pada si pulan “ begitu pula kata Imam Nawawi Rahima humullah di dalam syarah Azkar.
Mazhab Hambali
Kata Ibnu Qudamah di dalam kitabnya “ Mugni “ diriwayatkan dari Imam Ahmad bahwa ia berkata : “ Apabila kamu masuk kekuburan bacalah ayat kursi , dan tiga kali surat ikhlas dan di riwayatkan dari pada Nabi SAW. Ia berkata :
من دخل المقا بر فقرا سورة يس خفف عنهم يومئذ و كا ن له بعدد من فيها حسنا ت
Artinya: Barang siapa masuk kekuburan maka ia membaca surat yasin niscay di ringankan azab atas ahli kubur itu pada hari itu , dan di beri baginya ( bagi si Qari’ itu ) hasanat seperti pahala yang di berikan kepada ahli kubur itu .
Dan di riwayatkan pula dari nabi SAW. Ia bersabda :
من زار قبر و الديه فقرا يس غفر له
Artinya : Barang siapa menziarahi kubur ibu bapaknya lalu ia membaca Yasin niscaya ia di ampuni dosanya.
Dan seorang perempuan berkata : Yaa Rasulallah bahwasanya ayahku sangat tua tidak biasa menaiki kendaraan apakah boleh saya hajikan ? Nabi menjawab:
ارايت لو كان علي ابيك دين اكنت قاضيته قالت نعم قال فدين الله احق ان يقض
Artinya : Andai kata kalau bapakmu berhutang apakah engkau membayarkan hutangnya? Ia menyahut na’am ( bahkan ) Nabi Bersabda : Hutang dari Allah Lebih utama di bayarkan.
Dalil kami lagi ( Kata Ibnu Qudamah ) yaitu Ijma’ kaum muslimin di segala masa dan di semua negri , mereka berhimpun membaca Al-Qur’an dan mereka mengahdiahkan pahalanya kepada oaring mati dan tidak ada seorangpun yang mengingkarinya. Dan ibnu Qudamah itu wafat tahun : 620 H.
Mazhab Syafi’i
Didalam syarah raud , pada kitab “ Al-Ijarah “ mengupahkan membaca Al-Qur’an pada masa yang tertentu atau yang tertentu adalah harus, sama ada di iringkan dengan do’a atau ia jadikan pahala Qira’ahnya baginya atau tidak maka kembalilah mamfaatnya bagi si mayit, dan do’a kemudiannya lebih hampir di terima dan terlebih banyak barakatnya . Di dalam Nihayah Imam Ramli pada “ Babul Wasaya “ Bahwasanya do’a dan membaca Al-Qur’an akan sampai pahalanya bagi si mayit dan ia adalah maqbul qat’an, dan kata Ibnu sholah : seharusnya di jazamkan ( di putuskan ) dengan bermamfaatnya kalau di iringkan dengan do’a sebagai berikut : “ Hai tuhanku sampaikanlah pahala apa yang kami baca ini kepada si Pulan” . Dan kata Ali sabramals di dalam “ Kahasyiah Nihayah “ : Berniat seseorang agar pahala qira’ahnya atau ia berdo’a kemudiannya, bahwa pahalnya bagi si mayit atau membaca di atas kuburanya maka hasil pahala bagi si mayit itu, dan hasil pahala bagi si pembaca tersebut,” dan seharusnya memadai niat si pembaca sekalipun tidak berdo’a kemudiannya, Dan memilih Imam Subki dan Ibnu hajar dan Imam Ramli dan lain- lain Ulama’ dengan bolehnya menghadihkan pahala fatehah bagi Nabi SAW. Dengan qias atas membaca selawat atasnya.
Mazhab Hanafi
Telah menyebut penyarah-penyarah kitab dalam mazhab Hanafi , bahwa sanya tiap-tiap amal yang sholeh sampailah pahlanya kepada si mayit sama ada baca’an Qur’an atau lain-lain, inilah yang di perkuat oleh Ulama’ muta’akhirin dari pada fuqaha’ mereka, Dan kata Imam At-Tabri pada hadais:
اقرء وا يس علي موتا كم
Bahawasanya yang di kehendaki dengan dengan kata ”mayit” itu ialah yang di tinggalkan oleh warisnya., dan menghamil atas orang yang sekarat itu adalah qaul tampa dalil, dan jangan di hiraukan pendapat orang lain seperti di atas, siapapun orangnya karena kita tahu bahwa Nabi SAW. Menyuruh untuk mengerjakan perbuatan tersebut.
Guru kami ( Tgh. Ibrahim Kediri ) As-sayid Alawi Al-Maliki berkata : inilah kesimpulan mazhab imam yang empat yang kami nukilkan bagimu, aku katakana jangan terperdaya oleh orang – oaring di luar Mazhab yang empat yang mengatakan haram atau tidak sampai pahala kepada si mayit
Mengantar jenazah
Usul 4 / B;5: Biasanya waktu mengantar jenazah kekuburan di taruh jenazah di muka , bagaimanakah kalau pangantarnya di muka dan mayatnya di belakang?
Jawab: Masalah mengantar jenazah baik si pengantar di muka atau di belakang sama saja, yakni sama-sama mendapat pahala satu qirathsatu qirath menurut apa yang telah di jelaskan oleh Nabi SAW. Yaitu sebesar gunung , tetapi yang lebih afdal sebagai mana yang telah di riwayatkan oleh Ibnu Hibban dari Abdullah bin Umar dia melihat Nabi Abubakar dan Umar mengantar jenazah dengan berjalan dari mukanya, sedangkan yang mengendarai kendaraan sunnat di belakangnya, dalam kitab “ Majmu’ “ di sebutkan: Makruh mengandarai kendaraan kalau tidak Uzur, demikian tersebut di dalam kitab “ Khasyih Jamal “ Juzu’ II halaman : 165. juga telah di Tanya pada masalah tersebut dan dia menjawab seperti jawaban yang di atas dan dia sambung asal saja jangan di atas Korong Batang.
Memandikan , mensholati
dan menguburkan orang yang tidak di kenal
Usul 4 / B; 7: Sebuah kapal yang penumpangnya terdiri dari orang islam dan luar islam, orang yang hanyut dan tenggelamdan di ketemukan satu mayat di antara penumpangnya itu di mayat itu tidak di ketahui identitasnya, apakah orang islam atau luar islam, maka dalam hal ini apakah kita yang menemukan mayat tersebut di wajibkan oleh syara’ memandikan menyembahangkan serta menguburkan secara islam?
Jawab: Jika di ketemukan semuanya atau sebagian dari mayat tersebut, maka wajiblah di perlakukan semuanya itu sebagaimana di ajibkan atas mayit islam, Adapun cara mensalatnya ada dua cara:
A. Hendaklah di shalatkan semuanya itu sekaligus dengan niat sebagai berikut: Aku sembahyang atas yang islam dari pada mereka ini “ cara inilah yang lebih bagus
B. Hendaklah disembahyangkan satu demi satu dengan niat sebagai berikut: “ Aku sembahyang atas ini mayit jika ia muslim” . dan di maafkan taraddud pada niat karana darurat. Ibarat kitab “ Bujairimi Juzu’ I halaman : 253 menyatakan sebagi berikut:
لو اختلط مسلم بكا فر صلي علي الجمع و يقول حينئذ : اللهم اغفر للمسلم منهما او علي واحد فواحد , ويقول حينئذ : اللهم اغفرله ان كان مسلما , ويغتفر التردد في النية للضرورة
Dan jika di ketemukan hanya satu di antara mereka atau sebagian dari anggotanya, misalnya kepalanya atau pahanya dan sebagainya maka wajib pula di perlakukan sebagaimana di atas . Ibarat kitab Anwar Juzu’ II hal : 141 yang menyatakan sebagai berikut:
و لو وجد ميت او بعضه في دار الاسلام ولم يعلم انه مسلم او كا فر غسل وكفن وصلي ودفن حتما ومتي صلي علي العضو ينوي الصلاة علي الميت لا علي العضو
Dan jika di ketemukan mayat tersebut atau sebagian dari anggotanya di dalam darul kufri , maka hukumnya seperti hokum “ laqith “ ( Pungutan ) , Ibarat “ Nihayatul Muhtaj” Juzu’ II hal: 487 yang menyatakan sebagi berikut:
او وجد بغير دارنا بعلم من باب اللقيط وذلك انه ان كان هناك مسلم فمسلم و الا فكافر ودار الاسلام هي ما علم كونه مبكنا للمسلمين ولو في زمن قديم
Membuat Kuburan jadi Jalan raya
Usul 10 / B: 7: Bagaimana Hukumnya kalau kita membuat kuburan itu menjadi jalan besar dengan perintah, apakah kita yang menaggung resikonya atau yang memerintah. Mohon penjelasan ?
Jawab: Memindahkan mayit yang belum hancur badannya ketempat di larang dalam agama islam begitu pula membut jalan di kuburan di larang pula di dalam agama islam, karena menghilangkan atau merusakkan kehormatan si mayit dan yang ikut serta mengerjakan jalan di atas kubur itu juga mendapat dosa. Baik berkerja dengan cara gotong- royong atau dengan cara mengambil Upah, berarti dia membantu mengerjakan ma’siat. Dalilnya Firman tuhan yang berbunyi:
ولا تعا ونوا علي الا ثم والعد وان
Hutang Mayit
Usul 11 / B:7 : Mohon penjelasan dengan orang yang sudah mati atau meninggal dunia yang kemudian banyak meninggalkan hutang padahal ahli – warisnya tersebut tidak mampu membayarkannya , maka orang tempat ia berhutang menyedekahkannya karena tidak ada yang di harapkan ?
Jawab: Da’in yaitu orang yang merutangkan / yang berpiutang tersebut mensedekahkan ( mengibra’kan ) piutangnya kepada si mayit , amat besar pahalanya. bukan berarti dia terpaksa .karena arti terpaksa menerima paksaan. Dalilnya hadis yang warid dari Nabi SAW. Sebagi berikut:
من سره ان ينجيه الله من كرب يوم القيامة فلينفس عن معسر او يضع عنه
Artinya: Barang siapa yang ingin Allah menyelamatkan dirinya dari beberapa kesukaran pada hari kiamat hendaklah dia menagguhkan orang yang belumkuasa membayarhutangnya atau ia memotong / mengibra’kan sebagian dari pada piutangnya.
Begitu besar balasanya walaupun hanya sekedar menagguhkan atau memotong / mengibra’kan piutangnya. Apalagi kalau dia membebaskan dari seluruh piutangnya. Seperti halnya Rasulullah SAW pada suatu ketika pulang dari rumahnya, beliau bertanya kepada istrinya:
هل من طعام نطعم اليوم
Lalu istrinya menhawab: tidak ada. Maka rasulullah menjawab : kalau begitu saya puasa.
Apakah dalam hal ini sah kita katakana beliu terpaksa puasa, tentu tidak. . sesungguhnya besar sekali pahala orang yang meneladani rasulallah.
جعلني الله و اياكم ممن يقتدي به صلي الله عليه و سلم
Mati meninggalkan shalat dan Puasa
Usul 14 / B:7 : Seorang Mati , padahal salat dan puasanya banyak tertingal. Kemudian akan di keluarkan fidyahnya dari pihak keluarganya tidak mamapu , apakah memadai slat dan puasa yang luput itu sebagai fidyahnya yaitu kita zikirkan mayit tersebut?
Jawab: Berzikir untuk seorang mayit yang di barangi dengan do’a kemudian kita harapkan semua pahalanya bagi si mayit, adapun masalah salat yang di tinggalkan atau puasa tidaklah zikir itu menjadi ganti salatnya yang luput atau puasanya dan seharusnya kita do’akan mudah – mudahan tuhan menyampaikannya dan kita serahkan kepadanya:
ان شاء عفا عنه و ان شاء عذبه فا نه عبده
Meninggal Melahirkan Anak Zina
Usul 16 / B; 7: Setiap orang yang mati melahirkan maka matinya sahid, bagaimana kalau orang yang mati melahirkan anak Zina, bagaimanakah hokum kematiannya?
Jawab: Di sebut di dalam kitab Fiqih bahwa di anatara sahid itu ialah perempuan yang mati melahirkan dengan itlaq ( tampa kecuali ) , dengan demikian kita harus menurut itlaq itu tidak boleh kita kecualikan dari perkiraan kita sendiri, dan hal tersebut menunjukkan kematian di dalam Husnul khatimah meskipun ia melahirkan anak zina, sama halnya dengan seorang Ansar yang asalnya golongan al – munafiqin malam perang uhud ia kawin sedang pagi harinya mendengar suara peperangan ketika itu ia mengucapkan dua kalimah syahadah , lalu ia mengambil senjata serta ikut perang sedangkan ia tidak pernah sekali-sekali mengerjakan sembahyang dan juga belum mandi junub kemudian ia mati dalam medan peperangan tersebut dan setelah perang selesai semua mayat di kumpulkan lalu nabi bertanya mayat siapa ini ? saya melihat maliakat memandikanya barulah para sahabat menghabarkan halnya tersebut:
نسا ل الله لنا ولكم حسن الخا تمة
Menghabiskan Kayu di kuburan
Usul 12/B;8: Apakah hokum menmghabiskan kayu di kuburan dan membersihkannya , sedang kan kita langsung bakar dengan maksud kebersihan ?
Jawab: Hal tersebut di larang dalam hokum islam karena menyakiti atau tidak menghormati si mayit. Qaulul Ulama’ sebagai berikut:
حرمة الشخص ميتا كحر مته خيا
Menanam kelapa
di atas pekuburan Bukan wakaf
Usul 13/ B;8: Apakah hokum menenam kelapa di atas tanah kuburan, sedangkan tanah tersebut bukan wakaf?
Jawab: Tidak di benarkan di dalam islam menanam sesuatu di ats kuburan sebelum tulang mayit itu menjadi hancur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar