BAB HAJJI
Hajji tammaatu’
Usul 9/B:7 /07/91
Menurut penjelasan yang pernah saya dengar, bahwa Hajji Tamattu’ ada yang berdam dan ada yang tidak , jikalau demikian bagaimana dengan Firman Allah yang mengharuskan setiap Tamattu’ itu berdam
فمن تمتع بالعمرة إلى الحج فماستيسر من الهدي
Jawab :
Dengar ayat tersebut dengan tafsirannya di dalam Tafsir Jalalain :
( فمن تمتع ) استمتع (بالعمرة ) أي بسبب فراغه منها بمحظورات الإحرام (إلى الحج ) أي إلى الإحرام به بأن يكون إحرم بها في أشهره ( فماستيسر من الهدي ) الأية
Pengusul tersebut, ini lihat tafsirannya :
بأن يكون إحرم بها في أشهره
Inilah Tamattu’ yang wajib dam dan mafhumnya kalau seorang ihram dengan umrah pada bukan miqat zamani Hjji, maka tidaklah wajib dam karena kalau dia ihram dengan hajji pada masa tersebut maka tidak sah inilah tamattu’ yang tidak wajib berdam.
Pengusul tersebut hendak mewajibkan dam pada dua macam tamattu’ itu, menurut pengertian sendiri dan menafsirkan Qur’an dengan pengertian sendiri adalah haram dengan dalil hadis yang berbunyi :
من قال في القرأن برأيه أو بما لم يعلم فليتبواء مقعده من النار ( رواه أبوداود )
Membaca Asrakal dan di akhiri dengan Azan
terhadap orang yang berangkat Hajji
Usul 5/B:08/09/91
Di Desa kami ada suatu kebisaaan yang dilaksanakan bahwa apabila calon jama’ah Haji akan berangkat maka pada malam pemberangkatannya orang ramai-ramai datang mengadakan syarakal dan diakhiri dengan Azan bersama, katamya Azan tersebut sebagai penolak balak . Mohon penjelasan . Apakah benar cara yang demikian menurut Hukum Syara’
Jawab :
Membaca berzanji ( riwayat hidupnya Nabi SAW ) dan ditengah-tengahnya orang pada berdiri membaca Asrakal dan adapt istiadat ini dapat dinggap baik karena kita beramai-ramai membaca shalawat seperti membaca : عطر الله sampai akhirnya dan yang lebih penting memperbaiki ucapan serupa asrakal tersebut, karena tidak benar kalaimat-kalimatnya seperti ;
يا رسول الله جرنا من سيامنك سيدنا نستجي منك شفاعة عندك رب العالمين
Perhatikanlah yang sebenarnya sebagai berikut :
يا ر سول الله جئنا لزيارة قاصدينا نرتجي منك شفاعة عند رب العالمين
Adapun so’al Azan yang menolak balak memang tidak ada warid dari Nabi, dan yang warid dari nabi bahwa Azan itu melarikan/ menjauhkan akan syetan –syetan , karena mereka tidak suka dengar zikrullah
Maka dari itu disunnatkan pada Azan itu orang yang baik suaranya dan yang besar suaranya supaya syetan-setan tersebut menjauh darinya sejauh-jauhnya.
Hukum Melontar dan Sa’I di lanatai bagian atas dari bagunan
Usul 2./B:36
Di Masjidil haram pada lantai dua sekarang telah disediakan tempat melakukan tawaf atau sa’I demikian pula pada waktu melontar di Mina, maka melalui lantai dua tersebut apakah sah kita melakukan hal tersebut ?
Jawab :
Tawaf dan Sa’I keduanya termasuk rukun Haji atau Umrah pada waktu dan tempat yang telah tertentu dengan Syarat :
1. Tawaf : pada masalah tawaf tersebut menurut Imam Syafi’i syarat-syarat nya antara lain :
1. Niat
2. Menutup Aurat
3. Suci dari hadats atau kotoran
4. di kerjakan mulai dari hajar Aswad hal keadaan melintangi setengah badan atau sekaliannya dari jihat sebelah kiri
5. Di kerjakan tujuh kali keliling dengan yakin
6. Tidak boleh berpaling dngan pekerjaan lain
7. Suapay Ka’bah dijadikan dari sebelah kiri serta wajah kita tetap lurus kedepan
8. Tidak boleh sebagaian anggota badan yang masuk ke Ka;bah
9. Dilakukan didalam Masjid
كونه في المسجد و إن ابسع فيصح الطواف مادام في المسجد ولو في هوائه أو على سطحه ولو مر تفعا من البيت ولو حال حائل
Hal-hal yang wajib dijaga oleh orang yang sedang Tawaf ;
1. Memelihara diri dari segala yang menyalahi
2. Memelihara hati dari orang yang melihatnya
3. Lazim ia beradab
4. Memelihara tangan dan pandangan dari barang yang Ma’siat
Adapun macam-macam tawaf itu diantaranya :
1. Tawaf Rukun ( Ifadah )
2. tawaf Wajib ( wadha’ )
3. Tawaf Umrah
4. tawaf Kudum ( hukumnya sunnat )
5. Tawaf Sunnat
2. Bagian Rukun yang kedua itu adalah Sa’I syaratnya mulai berjalan dari sofa sampai kemarawah dan dari marwah kesafa demikian seterusnya sehingga berjumlah tujuh kali dan akan berakhir di marwah
Kesimpulan :
Mengerjakan tawaf di lanatai dua adalah sah walaupun tempatnya lebih tinggi dari ka’bah asalakan tetap berada didalam Masjidil haram
قال وإن يطوف سبعا داخل المسجد ولو على سطح وإن كان إعلى من الكعبة على المعتمد
Adapun sa’I juga sah di lakukan di tempat yang lebih tinggi apabila melewati tempat-tempat yang dilalui seperti yang disebelah bawahnya, dan disyaratkan pula memijakkan tumit atau kaki tunggangannya memaluli jalan yang sah seperti melewati tangga-tangga yang dahulu.
قال ويجب استتيعاف المسافة في كل باب يلصق عقبه أو عقب أو حافر مركوبه بأصل ما يذهب منه رأس أصابع رجليه أو رجل أو حافر بما يذهب ( تحفة )
Kemudian Masalah Melontar dari tingkat kedua ( atau tempat yang lebih tinggi ) menurut para ulama’ di Makkah hukumnya banyak yang mengesahkan , tetapi sebaiknya bagi orang yang melontar supaya melaksanakannya dari bawah.
Hukum Hjji dengan Mazhab Syafi’i dan yang lainnya
Usul 9/B;36
Sahkah Hajji itu dilakukan secara Mazhab Syafi’i hanya saja pada masalah tawaf kita bertaklid kepada Imam Imam yang lain seperti bertaklid kepada Imam Maliki ?
Jawab :
Bertaklid kepada Imam-Imam yang lain pada masalah ibadah Ialah boleh asalkan tidak terjadi talfik, kalau menimbulkan talfiq maka ibadah itu tidak sah. Kemudian pada masalah Tawaf andaikata kita taklid kepada Imam maliki maka wajib kita ikuti cara – cara Imam Maliki berwudhu’ dengan menyempurnakan segala rukun-rukunya.
Hajji perempuan yang haid pada tawaf ifadah
Usul 12/B;36
Apakah yang harus dilakukan oleh Jama’ah haji wanita yang mengalami haid pada wakttu tawaf iofadah ? sedangkan haidnya berkepanjangan sampai 15 hari ?
Jawab :
Bagi perempuan yang sedang haid tidak boleh mengerjakan tawaf berdsarkan sebuah hadis yang berbunyi :
ويحرم الطواف لقوله صلى الله عليه وسلم لعائشة رضي الله عنها : إصنعي ما يصنع الحج غير أن لا تطوفي ولأنه يفتقر إلى الطهارة ولا تصح منها الطهارة
Tetapi kalau ia takut luput dari pada pekerjaan tawaf dan supaya tidak bergantung pada batang lehernya, maka wajib ia menunggu sampai suci, kemudian ia kembali ( Pulang ) bersama orang yang pulang pada angkatan terakhir karena pada saat sekarang ini tidak ada masyakkah
Hajji tammaatu’
Usul 9/B:7 /07/91
Menurut penjelasan yang pernah saya dengar, bahwa Hajji Tamattu’ ada yang berdam dan ada yang tidak , jikalau demikian bagaimana dengan Firman Allah yang mengharuskan setiap Tamattu’ itu berdam
فمن تمتع بالعمرة إلى الحج فماستيسر من الهدي
Jawab :
Dengar ayat tersebut dengan tafsirannya di dalam Tafsir Jalalain :
( فمن تمتع ) استمتع (بالعمرة ) أي بسبب فراغه منها بمحظورات الإحرام (إلى الحج ) أي إلى الإحرام به بأن يكون إحرم بها في أشهره ( فماستيسر من الهدي ) الأية
Pengusul tersebut, ini lihat tafsirannya :
بأن يكون إحرم بها في أشهره
Inilah Tamattu’ yang wajib dam dan mafhumnya kalau seorang ihram dengan umrah pada bukan miqat zamani Hjji, maka tidaklah wajib dam karena kalau dia ihram dengan hajji pada masa tersebut maka tidak sah inilah tamattu’ yang tidak wajib berdam.
Pengusul tersebut hendak mewajibkan dam pada dua macam tamattu’ itu, menurut pengertian sendiri dan menafsirkan Qur’an dengan pengertian sendiri adalah haram dengan dalil hadis yang berbunyi :
من قال في القرأن برأيه أو بما لم يعلم فليتبواء مقعده من النار ( رواه أبوداود )
Membaca Asrakal dan di akhiri dengan Azan
terhadap orang yang berangkat Hajji
Usul 5/B:08/09/91
Di Desa kami ada suatu kebisaaan yang dilaksanakan bahwa apabila calon jama’ah Haji akan berangkat maka pada malam pemberangkatannya orang ramai-ramai datang mengadakan syarakal dan diakhiri dengan Azan bersama, katamya Azan tersebut sebagai penolak balak . Mohon penjelasan . Apakah benar cara yang demikian menurut Hukum Syara’
Jawab :
Membaca berzanji ( riwayat hidupnya Nabi SAW ) dan ditengah-tengahnya orang pada berdiri membaca Asrakal dan adapt istiadat ini dapat dinggap baik karena kita beramai-ramai membaca shalawat seperti membaca : عطر الله sampai akhirnya dan yang lebih penting memperbaiki ucapan serupa asrakal tersebut, karena tidak benar kalaimat-kalimatnya seperti ;
يا رسول الله جرنا من سيامنك سيدنا نستجي منك شفاعة عندك رب العالمين
Perhatikanlah yang sebenarnya sebagai berikut :
يا ر سول الله جئنا لزيارة قاصدينا نرتجي منك شفاعة عند رب العالمين
Adapun so’al Azan yang menolak balak memang tidak ada warid dari Nabi, dan yang warid dari nabi bahwa Azan itu melarikan/ menjauhkan akan syetan –syetan , karena mereka tidak suka dengar zikrullah
Maka dari itu disunnatkan pada Azan itu orang yang baik suaranya dan yang besar suaranya supaya syetan-setan tersebut menjauh darinya sejauh-jauhnya.
Hukum Melontar dan Sa’I di lanatai bagian atas dari bagunan
Usul 2./B:36
Di Masjidil haram pada lantai dua sekarang telah disediakan tempat melakukan tawaf atau sa’I demikian pula pada waktu melontar di Mina, maka melalui lantai dua tersebut apakah sah kita melakukan hal tersebut ?
Jawab :
Tawaf dan Sa’I keduanya termasuk rukun Haji atau Umrah pada waktu dan tempat yang telah tertentu dengan Syarat :
1. Tawaf : pada masalah tawaf tersebut menurut Imam Syafi’i syarat-syarat nya antara lain :
1. Niat
2. Menutup Aurat
3. Suci dari hadats atau kotoran
4. di kerjakan mulai dari hajar Aswad hal keadaan melintangi setengah badan atau sekaliannya dari jihat sebelah kiri
5. Di kerjakan tujuh kali keliling dengan yakin
6. Tidak boleh berpaling dngan pekerjaan lain
7. Suapay Ka’bah dijadikan dari sebelah kiri serta wajah kita tetap lurus kedepan
8. Tidak boleh sebagaian anggota badan yang masuk ke Ka;bah
9. Dilakukan didalam Masjid
كونه في المسجد و إن ابسع فيصح الطواف مادام في المسجد ولو في هوائه أو على سطحه ولو مر تفعا من البيت ولو حال حائل
Hal-hal yang wajib dijaga oleh orang yang sedang Tawaf ;
1. Memelihara diri dari segala yang menyalahi
2. Memelihara hati dari orang yang melihatnya
3. Lazim ia beradab
4. Memelihara tangan dan pandangan dari barang yang Ma’siat
Adapun macam-macam tawaf itu diantaranya :
1. Tawaf Rukun ( Ifadah )
2. tawaf Wajib ( wadha’ )
3. Tawaf Umrah
4. tawaf Kudum ( hukumnya sunnat )
5. Tawaf Sunnat
2. Bagian Rukun yang kedua itu adalah Sa’I syaratnya mulai berjalan dari sofa sampai kemarawah dan dari marwah kesafa demikian seterusnya sehingga berjumlah tujuh kali dan akan berakhir di marwah
Kesimpulan :
Mengerjakan tawaf di lanatai dua adalah sah walaupun tempatnya lebih tinggi dari ka’bah asalakan tetap berada didalam Masjidil haram
قال وإن يطوف سبعا داخل المسجد ولو على سطح وإن كان إعلى من الكعبة على المعتمد
Adapun sa’I juga sah di lakukan di tempat yang lebih tinggi apabila melewati tempat-tempat yang dilalui seperti yang disebelah bawahnya, dan disyaratkan pula memijakkan tumit atau kaki tunggangannya memaluli jalan yang sah seperti melewati tangga-tangga yang dahulu.
قال ويجب استتيعاف المسافة في كل باب يلصق عقبه أو عقب أو حافر مركوبه بأصل ما يذهب منه رأس أصابع رجليه أو رجل أو حافر بما يذهب ( تحفة )
Kemudian Masalah Melontar dari tingkat kedua ( atau tempat yang lebih tinggi ) menurut para ulama’ di Makkah hukumnya banyak yang mengesahkan , tetapi sebaiknya bagi orang yang melontar supaya melaksanakannya dari bawah.
Hukum Hjji dengan Mazhab Syafi’i dan yang lainnya
Usul 9/B;36
Sahkah Hajji itu dilakukan secara Mazhab Syafi’i hanya saja pada masalah tawaf kita bertaklid kepada Imam Imam yang lain seperti bertaklid kepada Imam Maliki ?
Jawab :
Bertaklid kepada Imam-Imam yang lain pada masalah ibadah Ialah boleh asalkan tidak terjadi talfik, kalau menimbulkan talfiq maka ibadah itu tidak sah. Kemudian pada masalah Tawaf andaikata kita taklid kepada Imam maliki maka wajib kita ikuti cara – cara Imam Maliki berwudhu’ dengan menyempurnakan segala rukun-rukunya.
Hajji perempuan yang haid pada tawaf ifadah
Usul 12/B;36
Apakah yang harus dilakukan oleh Jama’ah haji wanita yang mengalami haid pada wakttu tawaf iofadah ? sedangkan haidnya berkepanjangan sampai 15 hari ?
Jawab :
Bagi perempuan yang sedang haid tidak boleh mengerjakan tawaf berdsarkan sebuah hadis yang berbunyi :
ويحرم الطواف لقوله صلى الله عليه وسلم لعائشة رضي الله عنها : إصنعي ما يصنع الحج غير أن لا تطوفي ولأنه يفتقر إلى الطهارة ولا تصح منها الطهارة
Tetapi kalau ia takut luput dari pada pekerjaan tawaf dan supaya tidak bergantung pada batang lehernya, maka wajib ia menunggu sampai suci, kemudian ia kembali ( Pulang ) bersama orang yang pulang pada angkatan terakhir karena pada saat sekarang ini tidak ada masyakkah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar