Imam dalam Sholat
Usul 3 / B 4 :Bolehkah seorang Qori’ atau seorang yang wara’ menjadi ma’mu seorang imam yang di pilih oleh masyarakatnya padahal bacaannya tidak fasih atau tidak wara’?
Jawab: Diantara syarat-syarat imam itu harus laki-laki kalau ma’mumnya laki-laki atau perempuan , dan jadi imam perempuan kalau semua ma’mumnya perempuan dan lagi syarat imam sebagi berikut:
ان لا يكون ا ميا و الماموم قا رئا
Artinya bahawa jangan sampai terdapat imam itu bacaannya tidak baik sedangkan ma’mum bacaannya lebih baik. Adapun Imam yang fasiq dan ma’mumnya tidak fasiq tidak menjadi halangan sahnya jama’ah dengan dalil bahwa : Ibnu Umar R.A . mengikuti jadi ma’mum di belakang Hajjaj As-saqafi yang termasyhur dengan kepasiqannya.
Berniat Shalat
Usul 14/B;6: Di dalam kitab perukunan ada di sebutkan lafaz niat shalat zohor qasar jama’ taqdim sebagai berikut:
ا صلي فرض الظهر ركعتين قصر ا مجمو عا اليه العصر ا د اء لله تعا لي
Bolehkah kita ganti lafaz niat tersebut di atas dengan lafaz niat seperti di bawah ini:
ا صلي فرض الظهر ركعتين قصر ا جمع تقديم ا دا ء لله تعا لي
Jawab : Ketahwilah bahwa lafaz niat itu tidak wajib. Yang wajib / rukun adalah Niat. Dan kalau niat jama’ taqdim itu ialah asar di himpun kepada zohor dan isa’ di himpun kepada magrib, maka salah niatnya.
Shalat Nisfu Sa’ban
Usul 21/B;6 : bagaimanakah yang sebenarnya melakukan sembahyang Nisfu sa’ban? Karana ada yang mengatakan secara berjamaah tetapi tidak niat jama’ah , ada pula yang menyuruh dengan secara tidak berjama’ah serta ada yang menyatakan tidak boleh kita berjama’ah. Kalau ada dalil satu persatu, kami mohon penjelasan.
Jawab: shalat Nisfu sa’ban , baik disini kami nukilkan sebuah keterangan dari kitab “ Ittihaf Sadatu Al-Muttaqin “ ( Syarah kitab Ihya’ Ulumiddin ) Juzu’ III halaman : 425 yang isinya sebagai berikut: Malam 15 Bulan sa’ban yang di sembahyangkan 100 rakaat, setiap dua raka’at satu salam. Ayat yang di baca setelah Fatihah adalah surat “ Al-Ikhlas sebanyak 11 kali,
Dan Ulama’ shalaf Menamakan shalat ini shalat Khair. Kadang-kadang mereka melakuan shalat tersebut dengan berjama’ah, selanjutnya dalam kitab tersebut di kemukakan beberapa kelebihannya yang sangat besar, berdasarkan beberapa Hadits antara lain :
ان من صلي هذه الصلا ة في هذه الليلة نظر الله اليه سبعين نظر ة و قضي له بكل نظرة سبعين حاجة ادنا ه المغفر ة
Dan masih banyak lagi Hadist hadits lainnya, kemudian di iringi dengan ucapan:
قال العر ا قي حديث صلا ة ليلية النصف با طل و قال ابن الجوزي ا نه مو ضو ع و قال الحا فظ ابو الخطا ب بن د حية حديث ليلية النصف من شعبان مو ضوع
Banyak lagi di sebutkan Hadits-hadits beserta rawi-rawinya. Di samping itu di jelaskan pula bahwa banyak di antara rawi-rawi itu orang majhul, orang yang majahul tersebut antara lain:
“Wahab ibnu Wahab “ ( orang yang paling bohong manusia ) , namun demikian kelemahan haidist-hadits yang di riwayatkan oieh rawi-rawi yang majhul itu , dapat di kuatkan dengan fatwa beberapa Ulama’ sebagai berikut:
و قال : اتقي السبكي في تقييد التر جيح الا جتما ع لصلا ة ليلية النصف من شعبان و الصلاة الر غا ئب بدعة مذمو مة
و قال النووي ها تان الصلا ة بدعتان مو ضوعتان منكرتان قبيحتان ولا تغفر بذكرهما في كتاب القوت
و الا حياء
Justeru itu saya singgung di dalam kitab kecil susunan kami sendiri yang berjudul “ Sirajul Qulub “ dengan mengutip pendapat Syekh Abdul Hamid kudus, bahwa shalat tersebut di kerjakan dengan niat sembahyang Sunnat Mutlaq.
Imam niat jadi Imam
Usul 24/ B;3 : Apakah boleh Imam itu berniat jadi Imam sebelum takbirnya ma’mum atau sesudah takbirnya makamum? , dan di manakah tempat berniatnya imam yang sebenarnya?
Jawab : Niat Imamah untuk menjadi imam itu ada dua macam:
a. wajib
b. Sunnat
Yang wajib itu pada sembahyang jum’at oleh karana kalau tidak berniat imamah maka menjadi sembahyang sendiri, namun sembahyang jum’at tidak sah sembahyang sendirian atau mumparid, dan wajibnya imamah berniat sholat muqaranah yaitu pada waktu takbiratul ihram, dan sudah barang tentu takbinya makmum tidak sah kalau berbarengan dengan takbirnya imam. Untuk mendapatkan Fadilatul Jama’ah mak niat imamah pada sembahyang yang lain harus sama dengan niat imamah pada sembahyang jum’at
Adapun sembahyang yang lain tidak wajib niat imamah, hanya sunnat saja niat imamah agar mendapat fadilatul jama’ah yang 27 derajat itu.
Shalat di atas Kapal Udara
Usul 20 /B;3: Sahkah shalat orang yang di atas kapal udara yang hanaya mereka itu bertayammum dengan Isyarat saja?
Jawab: Wudhu’ atau Tayamum tidak sah dengan Isyarat, orang yang di atas kapal terbang di namakan “ Faqidu Tahuraein “ dan wajib shalat kalau shalat itu tidak dapat di jama’ dengan shalat lain seperti shalat Subuh salat itu untuk menghormati waktu saja , di atas kapal terbang ruku’nya dengan Isyarat dan sujudnya dengan Isyart uang lebih rendah dari ruku’nya dan wajib di qadha’ shalat tersebut.
Mengukur Arah Qiblat
Usul 6 /B: 4 : Mohon penjelasan bagaiman caranya mengukur arah Qiblat dengan jadwal dan dengan Tafsil ?
Jawab : Untuk mengetahui arah Qiblat ada ilmunya tersendiri yang khusus yaitu : ilmu Falak , dengan ilmu tersebut dapat kita mengetahui waktu-waktu sembahyang dan lainnya, Adapun pulau lombok kita ini arah Qiblatnya berada di seperempat barat laut dengan ukuran 22 ½ derajat dari barat tepat.
Sembahyang dengan kain berlobang
Usul 10 / B;5: Seseorang yang sembahyang sedangkan kain untuk menutup auratnya berlubang sebesar biji kacang hijau, bagaimankah hokum sembahyang orang tersebut?
Jawab: Ibarat “ BUGYATUL MUSTARSYIDIN “ sarat satrul aurat:
شرط سا تر العورة ا ن يمنع اد راك لون البشرة فلو قرب وتاملها فرءاها لم يضر
Artinya : Sarat menutup aurat adalah menegah kelihtan kulit, dengan tidak terlalu memperhatikan dan mendekat, kalau lobang yang di maksud penaya aurat akan kelihatan bila didekati dan di perhatikan, maka tidak memberi mudarrat, dan sebaliknya dengan jawaban tersebut penanya biasa mengerti
Salat dua kelompok jama’ah
Usul 13 / B;5: Bagaimanakah hokum shalat dua kelompok jama’ah di satu tempat / Masjid, masing-masing mempunyai imam tersendiri, sedangkan sifat sembahyangnya sama?
Jawab: Hukum Sari’at ada tujuh: Wajib , Sunnat , Makruh, mubah, sah, batal, dan Haram. Salat dua kelompok jama’ah adalah sah kalau menlengkapi segala syarat dan rukun, Cuma kurang baik, kecuali sambahyang jum’at maka yang dahuluan yang saheh, kalau waktunya berdekatan
Cara shalat di kutub
Usul 16 / B;5: Bagaimanakah cara melaksanakan salat dan puasa bagi orang islam yang ada di kutub ?
Jawab: Kalau kita hisab di dalam ilmu falaq, kita jumpai malam di musim dingin kadang-kadang sampai tiga bulan. Dan musim panas kadang-kadang siangnya sampai tiga bulan juga, dan barang tentu tidak ada orang yang kuasa puasa tiga bulan, sedangkan ayat al-qur’an menerangkan sebagai beikut:
لايكلف الله نفسا الا وسعها
Jadi cara salat dan puasa mereka di sana dapat kita qiaskan dengan hari dajjal yang di terangkan oleh Nabi SAW sepanjang setahun, kemudian ada sahabat yang menanyakan: bagaimanakah cara kami berpuasa pada hari itu ya rasulallah? Rasul menjawab : Ukurlah seperti hari biasa.
Shalatnya seorang istri di masjid tampa izin
Usul 21 / B;5: Bagaimanakah seorang istri sembahyang di masjid tampa izin dari suaminya?
Jawab: Perempuan tidak boleh meninggalkan rumahnya ( keluar dari rumahnya ) kecuali dengan izin suaminya atau dia ( istri itu ) Zon atau yakin dengan redha suaminya.
Cara mengganti imam
yang batal di tengah shalatnya
Usul 4 / B;3: Dari manakah yang seeharusnya di mulai menggantikan imam bila terjadi pada suatu sembahyang imammnya d tengah-tengah ruku’ wudhu’nya Batal ?
Jawab: Untuk menjawab pertanyaan di atas , maka wajib atas orang yang menggantikan imam itu mulai dari ruku’ dengan cara melangkah sekali atau dua kali, sekalipun imam yang di gantikan itu sah ruku’nya sah, ini di maksudkan supaya imam yang menjadi pengganti itu dapat menggantikannya dari irtifa’ ke I’tidal yang semula nya wajib atas imam yang di ganti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar