Selasa, 07 Desember 2010

Kema’suman Para Nabi

Usul 5/B;3: Di dalam hemat kami sesungguhnya Para Nabi itu Ma’sum dari dosa, tetapi Nabi Adam, AS. di usir dari sorga karena bersalah kepada tuhan, beliau itu melanggar larangan tuhan sebagai mana yang di isyaratkan di dalam Al-Qur’an :
يا ا دم اسكن انت وزوجك الجنة وكلا منها رغدا حيث شئتما ولا تقربا هذ ه الشجرة فتكونا من الظا لمين
Apakah yang di maksud dengan ayat ini bila kita hubungkan dengan sifat Nabi yang ma’sum dari dosa?
Kema’suman Para Nabi

Jawab : di dalam Hasyiah “ Jamal Jalalain “ Juzu’ IV Halaman : 20 di sebutkan yang kesimpulannya sebagai berikut: Mengenai hal tersebut ada tiga pendapat :
1. Bahwa para Nabi Ma’sum dari pekerjaan dosa baik sebelum di angkat menjadi Nabi apalagi sesudah di angkat menjadi Nabi. Baik itu dosa kecil apalagi dosa besar.
2. Para nabi Ma’sumnya setelah di angkat menjadi Nabi.
3. Bisa terjadi atasnya dosa kecil.
Pendapat pertama tersebut di dalam hasyiah jamal jalalain juzu’ I halaman : 43 dinyatakan , yang terjemahannya sebagai berikut: Peristiwa yang terjadi atas Nabi Adam,AS. itu : Ulama’ Menjawab dengan beberapa Jawaban di antaranya :
1. Nabi Adam mengi’tiqadkan bahwa larangan tersebut itu Littanzih Bukan littahrim
2. Nabi Adam lupa pada larangan tersebut, oleh karena itulah Ulama’ berkata sebagai berikut:

اول النا س اول نا س
3. Nabi Adam Mengi’tiqadkan bahwa larangan itu mansukh, karena mendengar sumpah Iblis sebagai berikut
انه لمن النا صحين

Sebab beliau beri’tiqad tidak seorang pun yang berani bersumpah bohong dengan Nama Allah SWT.
4. Yang saya peroleh dari Guru-guru saya: Bahwa Nabi Adam mengetahui kejadian tersebut dengan di bukakan hijab, di mana di dalam ilmu Allah bahwa belaiu pasti akan makan buah kayu tersebut dan pasti akan keluar dari sorga. Maka memakan buah kayu itu bukanlah di dorong oleh hawa nafsu tetapi menurut qadha’ Allah di dalam Zaman Azali. Karena Nabi Adam tidak berdosa dengan alasan salah satu dari tiga sebab seperti jawaban tersebut di atas, Cuma tidak pantas bagi nya
Dan di keluarkan dari sorga karena termasuk di dalam Ucapan :
حسنا ت الابر ار سئات المقربين
Maka dari itu berkatalah seorang wali, kalau umpamanya saya berada di tempat Nabi Adam maka saya akan memakan semua buah kayu itu, maksudnya karena pekerjaan itu menurut keputusan tuhan yang tidak dapat di hindari. Lain halnya dengn orang sekarang yang mengerjakan ma’siat walaupun merupakan keputusan tuhan, namun di dorong oleh hawa nafsu.
Begitulah seingat guru saya yang merupakan tqrir ( surah/ gambaran ) guru saya ketika saya membaca kitab ‘ hukum Ibnu Atha’ illah di rumahnya.

Lihat Artikel lainya yang berkaitan dengan :



Tidak ada komentar:

Posting Komentar