Hibbahnya orangtua
Usul 24 / B; 4 : Seseorang mempunyai anak sepuluh dengan perincian lima yang sudah aqil balig dan lima lagi yang belum aqil balig , kemudian orang tuanya menghibahkan sawahnya kepada semua anaknya tersebut dengan pembagian yang sama, sedangkan kelima anak yang belum aqil balig itu di hibbahkan melalui saudaranya yang tertua dengan perkataan “ Nanti setelah balig kelima adikmu yang kecil itu baru mereka berikan sawah bagiannya itu. “ selama belum balig hasil sawah kelima anak itu untuk kamu. Sekarang orang tunya itu telah meninggal dunia, Bolehkah sudaranya yang tertua itu makan hasil sawah kelima anak yatim tersebut?
Jawab: Walaupun Hibbah tersebut benar –benar sah dengan cukup syarat-syaratnya, maka wasiat si wahib itu tidak lulus bahkan tidak boleh di luluskan karena bertentangan dengan hokum tuhan . dan kalau hibbah itu tidak sah dengan sebab tidak lengkapnya syarat-syaratnya maka peninggalan itu wajib di Fara’id sebagaimana mestinya.
Hibah kepada saudara
Usul 18 /B;2: Apakah hokum menghibahkan sasuatu kepada saudara kandung atau selainya dengan syarat akan di terimanya setelah penghibahnya mati. Dan bagaimana pula bila sesuatu yang di hibahkan itu di wakafkan untuk madrasah oleh si penghibah tampa pengetahuan yang di beri hibah, jika boleh siapa yang menerimanya?
Jawab: Hibbah / Pemberian yang harus di terima detelah matinya si penghibah itu namanya “Wasiat “ Wasiat adalah:
الوصية هي التمليك المضاف لما بعد الموت
Wasiat boleh di luluskan ( sah ) bila jumlah harta yang di wasiatkan itu sepertiga atau kurang dari seluruh jumlah harta peninggalan. Bagi yang berwasiat boleh menarik kembali harta yang di wasiatkan untuk di wakafkan ke madrasah dan sebagainya walaupun tanpa sepengetahuan orang yang di wasiati. Dan yang menerima wakaf tersebut adalah Nazir Madrasah ( Pengurus ) .
Tetapi bagi orang yang di hibahi/ di wasiati tidak sah tasarrufnya pada hibbah/ wasiat tersebut baik dengan di wakafkan dan lain sebagainya,karana hibbah/ wasiat itu belum di terimanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar