Rabu, 30 November 2011

Amtsal dalam Al-Qur'an

Al Amtsal Fil Qur’an

A. PENDAHULUAN

Al – Qur’an Al – Karim adalah kitab suci umat Islam yang diturunkan oleh Allah SWT. kepada Nabi Muhammad SAW. sebagai petunjuk bagi kehidupan umat manusia. Di samping itu juga Al-Qur’an merupakan sumber hukum Islam yang menduduki peringkat teratas dan seluruh ayatnya berstatus qot’iyyah al-wurud, yang diyakini eksistensinya sebagai wahyu dari Allah SWT.



Sebagai petunjuk, maka Al-Qur’an ayat demi ayatnya harus difahami maknanya serta dapat dimengerti kandungannya, agar kitab suci itu benar benar memberikan petunjuk kepada para pengikutnya. Dalam upaya memudahkan pemahaman, para Ulama terdahulu tidak henti-hentinya mencurahkan segala kemampuan pemikirannya, menggali, mendalami ayat-ayat Al-Qur’an sehingga lahirlah aneka ragam tafsir dan berbagi cabang ilmu pengetahuan yang sangat berharga bagi umat manusia .
Semangat mengkaji dan mendalami kandungan ayat-ayat Al-Qur’an tentunya harus ditunjang dengan seperangkat ilmu di antaranya bahasa Arab, ilmu fiqh, Ushul Fiqh, ilmu hadist, ilmu tafsir dan lain-lain. Di samping itu dituntut untuk mengetahui ilmu pengetahuan lain yang menunjang terhadap pemahaman kandungan ayat-ayat Al-Qur’an yaitu ulumul Qur’an, ilmu-ilmu Al-Qur’an yang salah satu cabang ilmu Al-Qur’an tersebut adalah amtsal Al-Qur’an (perumpamaan dalam Al-Qur’an).

Menurut Manna al-Qaththan (seorang Ulama Pakar Al-Qur’an) dalam kitabnya
Mabahits Fi Ulum Al-Qur’an (1973;281) beliau berpendapat bahwa Amtsal Al-Qur’an adalah ilmu yang dapat mengungkap hakikat yang tinggi, makna serta
tujuan dari Al-Qur’an. Selain itu ungkapan akan lebih menarik jika dituangkan
dalam siyaqul kalam (konteks kalimat) yang bagus, dan indah. Oleh karena itu
tamtsil (pemisalan perumpamaan) dapat menampilkan makna dalam bentuk
yang paling hidup dan mantap, di dalam fikiran dengan cara menyerupakan
sesuatu yang ghaib dengan yang hadir, yang abstrak dengan yang konkrit, dan
menganalogikan sesuatu dengan hal yang serupa, sehingga mudah untuk memahami makna, maksud dan tujuan dari kalimat yang diumpamakan tersebut.

Adapun menurut al-Zarqony dalam kitabnya Manahilul Irfan mengatakan bahwa
banyak ungkapan yang baik dijadikan lebih indah, menarik dan mempesona oleh
tamtsil Al-Qur’an. Oleh karena itu maka tamtsilul Qur’an dapat mendorong jiwa
untuk lebih menerima makna Al-Qur’an yang dimaksud. Dan tamtsil dapat dikategorikan salah satu uslub Al-Qur’an dalam mengungkap berbagai penjelasan segi kemukjizatan Al-Qur’an.
Banyak Ulama yang menekuni bidang ilmu ini. Dan yang pertama kali mengarang Ilmu Amtsalil Qur'an ialah Syekh Abdur Rahman Muhammad Bin Muhammad Bin Husain An-Naisaburi ( Wafat 406 H) dan di anatara mereka ada yang secara khusus membahas ilmu Amtsalul-Qur’an secara khusus dalam kitabnya, dan ada yang menempatkan hanya satu bab saja tentang amtsal Al-Qur’an dalam kitabnya. Kelompok pertama di antaranya adalah Abu Hasan Al-Mawardi ( Wafat 450 H.) dengan kitabnya Al-Ilmu Amtsal Al-Quran, dan kitab A’lamul-Muwaqqi’in oleh Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah ( Wafat 754) dan lain lain.
Sedangkan kelompok yang kedua adalah Imam Jalaluddin As-Suyuthi ( wafat 991 H. ) dalam kitabnya Al-Itqon fi ulumil Qur’an, Muhammad Badruddin bin Muhammad Abdillah Az-Zarkasyi atau yang lebih terkenal dengan nama Az-Zarkasyi di dalam kitabnya Al-Burhan fi ulumil Qur’an, Manna’ al-Qaththan dalam kitabnya Mabahits Fi Ulumil Qur’an, Muhammad abdul adzim al Zarqony dalam kitabnya Manahilul Irfan, dan lain-lain



B. PEMBAHASAN

Begitu banyak penyerupaan yang terkandung dalam Al-Qur’an baik penyerupaan sesuatu dengan hal yang lainnya atau penyamaan di antara keduanya dalam hukum mencapai lebih dari 40 surat di antaranya:
Q.S. Al-Hasyr [59] : 21;

Artinya : Kalau Sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.

Q.S al-Ankabut [29] : 43;

Artinya : dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.

Q.S. al- Zumar [39] : 27

Artinya : Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al Quran ini Setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran.

dan surat surat lainnya, Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ali r.a. bahwa Rasulullah SAW. bersabda :
“Sesungguhnya Allah menurunkan Al-Qur’an terdiri dari perintah-perintah dan larangan larangan tradisi yang telah lalu dan perumpamaan yang dibuat.
Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dari Abu Ibrahim bahwa Rasulullah bersabda :
“Sesungguhnya Al-Qur’an diturunkan atas lima bentuk halal, haram, muhkam, mutasyabih, dan amtsal, maka ketahuilah yang halal dan jauhilah yang haram, ikutilah yang muhkam imanilah yang mutasyabih dan ambilah pelajaran dari ayat-ayat amtsal. “

1. Pengertian Amtsal
Menurut etimologi amtsal jamak taksir dari matsal, Sedangkan kata matsal, mitsil, dan matsil sama dengan syabah, syibh, syabih artinya perumpamaan atau pemisalan melalui pengertian mengungkapkan kisah dan sifat yang menarik perhatian, menakjubkan dan bisa diambil pelajaran darinya
Sedangkan menurut terminologi amtsal adalah ungkapan yang dikaitkan secara menyeluruh yang bermaksud dengan ungkapan tersebut menyerupai atau menyamarkan keadaan yang dihikayatkan dengan keadaaan yang diharapkan (yang dimaksud sebenarnya atau menyerupai maksud yang dituju )
Menurut Imam Az -Zamakhsyari amtsal adalah serupa atau sebanding. Jadi perumpamaan dengan maksud yang dituju itu harus sebanding. Jika tidak maka akan lebih menyulitkan untuk difahami dan tidak layak.
Menurut Ulama ahli Bayan amtsal adalah majaz murokab yang keadaan
alaqohnya ( hubungannya ) musyabbah ( keserupaan ) dan asalnya merupakan isti’aroh tamtsilliyah

Menurut ahli hikmah amtsal adalah menyatakan bentuk kalimat dengan halus, tersusun, dan indah sehingga orang tertarik untuk memperhatikannya.
Menurut Ibnul Qoyyim Al- Jauziyyah Amtsal adalah menyamakan sesuatu dengan sesuatu yang lain dalam segi hukumnya dan memudahkan akal untuk memahaminya dan pada akhirnya untuk bisa diambil hikmah atau pelajaran dari perumpamaan tersebut.
Menurut Ulama' Tafsir matsal ialah : menampakkan pengertian yang abstrak dalam ungkapan yang indah, singkat dan menarik yang mengena dalam jiwa, baik dengan bentuk tasbih ataupun ungkapan bebas
Menurut Manna' Al Qattan ( 1973:283 ) Ta'rif amtsal yang didefinisikan ulama' tafsir ini lebih relevan untuk mendefinisikan matsal dalam Al-Qur'an.

2. Macam-macam Amtsal Dalam Al-Qur’an
Amtsal dalam Al-Qur’an ada tiga macam :
Pertama, Amtsal Musharrahah ( jelas dan tegas ) Yaitu Matsal yang di dalamnya dijelaskan dengan lafadz tamtsil atau sesuatu yang menunjukkan tasybih. Amtsal seperti ini di antaranya, firman Allah mengenai orang munafik pada surat Al - Baqarah ayat : 17 – 20 :

Artinya :
Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, Maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. mereka tuli, bisu dan buta, Maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar),atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir,sebab takut akan mati. dan Allah meliputi orang-orang yang kafir.Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.

Di dalam ayat ini Allah membuat dua perumpamaan (matsal) bagi orang munafik. Matsal yang berkenaan dengan api (nar) dalam firman-Nya, ( كمثل الذي استوقد نارا ) adalah seperti orang yang menyalakan api, karena di dalam api terdapat materi cahaya yang bermanfaat, dan matsal yang berkenaan dengan air hujan (ma’i) atau( أو كصيب من السماء ) seperti orang-orang yang ditimpa hujan yang lebat dari langit, karena di dalam air terdapat materi kehidupan.
Allah menyebutkan keadaan orang munafik pada ayat tersebut dengan dua hal :
1. Mereka diumpamakan menghidupkan api untuk menyinari dan memanfaatkannya agar dapat berjalan dengan sinar api tadi. Tapi sayang mereka tidak bisa memanfaatkan api itu, karena Allah telah menghilangkan cahayanya, sehingga masih tinggal panasnya saja yang akan membakar badan mereka, sebagimana mereka tidak menghiraukan seruan Al-Qur'an dan hanya pura-pura membacanya saja.
2. Dalam perumpamaan kedua mereka diserupakan dengan air hujan yang turun dari langit, disertai dengan kegelapan, petir dan kilat sehingga mereka menutup telinga dan memejamkan mata karena takut mati disamber petir. Hal ini relevan dengan keadaan mereka yang mengabaikan Al-Qur'an dan tidak menjalankan perintah-perintahnya yang mestinya bisa menyelamatkan, tetapi karena tidak dindahkan maka justru membahayakan mereka.

Kedua, Amtsal Kaminah( Tersembunyi,Terselubung ) yaitu yang di dalamnya tidak disebutkan dengan jelas lafadz tamtsil tetapi ia menunjukkan makna yang indah, menarik, dalam kepadatan redaksinya mempunyai pengaruh tersendiri bila dipindahkan ke dalam sesuatu yang serupa dengannya.
Untuk matsal ini Ulama ‘Ulumul Qur’an mengajukan sejumlah contoh di antaranya
1. Ayat-ayat yang senada dengan perkataan خَيْرُ ْالأُمُوْرِأَوْسَطُهَا, sebaik baiknya urusan adalah pertengahannya, yaitu Firman Allah mengenai sapi betina: (al-Baqarah [2] : 68 );

Artinya : Mereka menjawab: " mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk Kami, agar Dia menerangkan kepada kami; sapi betina Apakah itu." Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; Maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu".

2. Ayat yang senada dengan perkataan ليس الخبركالمعاينة (kabar itu tidak sama dengan menyaksikan sendiri). Misalnya firman Allah tentang Nabi Ibrahim As , Allah berfirman :(al-Baqarah[2]:260).

Artinya : Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati." Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu ?" Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku) Allah berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera." dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

3. Ayat yang senada dengan perkataan : كما تدين تدان : ( sebagaimana kamu telah menghutangkan, maka kamu akan dibayar). Misalnya: ” “. (An-Nisa [4]; 123)

Artinya : (Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan ahli Kitab. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah.

4. Ayat yang senada dengan perkataan: لا يلدغ المؤمن من حجر مرتين ( Orang mukmin tidak akan terjerembab dua kali dalam lubang yang sama). Misalnya firman Allah melaui lisan Yaqub:“ (Yusuf[12] : 64)

Artinya : berkata Ya'qub: "Bagaimana aku akan mempercayakannya (Bunyamin) kepadamu, kecuali seperti aku telah mempercayakan saudaranya (Yusuf) kepada kamu dahulu?. Maka Allah adalah Sebaik-baik penjaga dan Dia adalah Maha Penyanyang diantara Para Penyanyang.
(Lihat Manna al Qhaththan 285-286 )

Ketiga, Amtsal Mursalah (Lepas) yaitu kalimat-kalimat bebas yang tidak menggunakan kalimat amtsal secara jelas tapi kalimat-kalimat tersebut sebagai matsal.
Namun macam-macam amtsal mursalah ini masih menimbulkan kontroversi di kalangan Ulama, di antaranya seorang mufassir Imam Ar-Razy berpendapat bahwa dengan adanya amtsal mursalah ini logikanya seluruh ayat al-Qur’an bisa dijadikan sebagai perumpamaan, tergantung bagaimana seseorang menginterpretasikannya. Jika hal tersebut terjadi maka tidaklah tepat sebagai contoh :
لكم دينكم ولي دين……. Jika kalimat ini dimasukkan ke dalam amtsal tidak menutup kemungkinan orang-orang muslim akan meninggalkan kewajiban untuk berdakwah padahal bukan itu makna yang dimaksud oleh al-Qur’an. Jadi penggunaan amtsal mursalah ini justru menimbulkan makna yang berseberangan dalam menafsirkan suatu ayat Al-Qur’an. Tapi hendaknya dalam melihat suatu konteks ayat (seperti contoh ayat tadi) kita menyimak, menelaah sehingga bisa memahami dalam kondisi bagaimana ayat itu diterapkan atau dalam hal apa kita bersikap seperti itu. Sedangkan menurut Ulama Bayan hal tersebut tidaklah jadi dosa seseorang mengambil ayat Al-Qur’an yang mana saja sebagai perumpamaan asal jangan bertujuan untuk memutar balikkan fakta untuk menampakkan kepintaran dan menjadikan perumpamaan dalam ayat tersebut sebagai gurauan, mainan, dan lelucon. sehingga secara garis besar Matsal dalam Al-Qur’an ada dua bagian yaitu : Pertama disebut secara jelas dan tegas, sesuatu yang disebut secara jelas tersebut diistilahkan oleh As Syuty dengan Matsal Zhahir Musarrahun bih dan yang kedua disebut Matsal Kamin ( Tersirat )


3. Faidah-Faidah Amtsal Dalam Al-Qur’an
Melahirkan sesuatu yang dapat difahami oleh akal dalam bentuk rupa yang dapat dirasakan dengan panca indra, lalu mudah diterima oleh akal lantaran makna yang dapat difahamkan oleh akal tidaklah tetap dalam ingatan hati, terkecuali apabila dituangkan dalam bentuk yang dapat dirasakan yang dekat dengan faham itu seperti perumpamaan yang ria dalam bershadaqah dalam surat al-Baqarah : 264

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan Dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah Dia bersih (tidak bertanah). mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.

Menyingkapkan hakikat-hakikat dan mengemukakan sesuatu yang tidak tampak menjadi tampak dalam ayat-ayat Al-Qur’an banyak digambarkan tentang surga, neraka, dan kiamat. dengan hal hal yang kita ketahui di alam dunia.
Mengumpulkan makna yang menarik dan indah dengan ungkapan yang padat, seperti amtsal kaminah dan amtsal mursalah dalam ayat-ayat di atas, memotivasi manusia untuk berbuat sesuai dengan isi matsal jika ia merupakan sesuatu yang disenangi jiwa. Misalnya Allah membuat matsal bagi keadaan orang yang menafkahkan harta di jalan Allah, di mana hal itu akan memberikan kepadanya kebaikan yang banyak seperti dalam surat al-Baqarah ayat 261

Artinya : Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah[166] adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.

Menjauhkan (tanfir) jika isi matsal berupa sesuatu yang dibenci jiwa misalnya firman Allah tentang perumpamaan orang yang suka bergunjing seperti dalam surat al-Hujurat ayat 12

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.

Untuk memuji orang yang dijadikan matsal seperti sifat para sahabat dalam surat al-Fath ayat 29.

Artinya : Dan Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu, agar mereka kembali (kepada kebenaran).dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian Dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu Dia diikuti oleh syaitan (sampai Dia tergoda), Maka jadilah Dia Termasuk orang-orang yang sesat.

Amtsal lebih berpengaruh pada jiwa, lebih efektif dalam memberikan nasihat lebih kuat dalam memberikan peringatan dan lebih memuaskan hati. Allah banyak menyebut amtsal dalam Al-Qur’an untuk peringatan dan pelajaran.

4. TUJUAN AMTSAL
Bila diperhatikan secara cermat firman Allah :

Artinya : Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al Quran ini Setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran ( Az – Zumar ; 27 )

Artinya :Kalau Sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir ( Al Hasyr : 21 )
Maka jelaslah tujuan pengungkapan amtsal tersebut ialah agar manusia menjadikanya pelajaran dan bahan renungan sehingga mereka terbimbing ke jalan yang benar demi meraih bahagia dunia dan akhirat

C. KESIMPULAN & PENUTUP
Dari uraian di atas kita dapat meyimpulkan bahwa : Amtsal adalah suatu ungkapan atau gaya bahasa yang maknanya menyerupakan sesuatu dengan apa yang terkandung dalam perkataan itu. Dan ini serupa dengan gaya bahasa Metapora dalam Bahasa Indonesia yaitu membandingkan sebuah benda dengan benda lain yang mempunyai sifat sama seperi : Sampah Masyarakat sama dengan manusia yang tak berguna dalam masyarakat.
Dilihat dari segi bentuknya amtsal terbagi pada tiga macam bentuk Yaitu :
1. Amtsal musharohah,
2. Amtsal kaminah, dan
3. Amtsal mursalah.
Amtsal memiliki manfaat untuk memudahkan dalam pengungkapan makna Al-Qur’an, yang bertujuan untuk menegakkan kebenaran dan hujjah yang terkandung dalam Al-Qur’an serta untuk menjelaskan dan memberi keyakinan terhadap orang mukmin tentang kemukjizatan Al-Qur’an.
Sesungguhnya al-Qur’an itu merupakan bahasa yang terindah sehingga banyak kata-kata, baik yang berupa sindiran ataupun yang berupa perkataan langsung ditafsirkan dengan kata-kata matsal. Untuk itu, banyak Ulama yang menulis dan membahas perumpamaan-perumpamaan dalam Al-Qur’an, dengan maksud untuk memberikan gambaran keadan sesuatu hal dengan hal lain baik penggambaran itu dengan cara isti’aroh (samar) ataupun dengan tasybih sharih (jelas) atau mengambil dari redaksi ayat Al-Qur’an secara langsung. Namun tidak semua Ulama sependapat dengan kata-kata amtsal yang digunakan dalam seluruh ayat Al-Qur’an, hal ini demi menjaga keagungan dan kedudukan al-Qur’an dalam jiwa orang mukmin.
===================================
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al- karim
As-Asyuthi, Al-Itqan Fi ‘Ulumu Al-Qur’an, Dar Al-Fikri, Beirut, 1989;
Dawud Al-Thar, Perspektif Baru Ilmu Al-Qur’an, Pustaka Hidayah, Bandung, 1994;
Hasbi Ash-Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Media-Media Pokok Dalam Menafsirkan Al-Qur’an, Bulan Bintang, Jakarta, 1972;
Manna Al-Qaththan, Mabahits Fi ‘Ulum Al-Qur’an, Dar Al-Fikri, Beirut, 1973
Zarkasiy, Al Burhan Fi ‘Ulum Al-Qur’an, Dar Al-Fikri, Beirut, 1988;
Zarqani, Manahil Al-Irfan, Dar Al-Fikri, Beirut, 1977

Lihat Artikel lainya yang berkaitan dengan :



Tidak ada komentar:

Posting Komentar