بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله الذي أعطانا الصحة والعافية حتى استطعنا صيام رمضان صياما كاملا , وأشهد أن لا إله إلا الله وهو رب الورى وأشهد أن سيدنا محمد صلى الله عليه وسلم أفضل المخلوق خلقا وخلقا أللهم صل على سيدنا محمد وعلى أله وصحبه إلى يوم لقاء الله تعالى.
Al Hamdulillah kita sudah menyelesaikan ibadah puasa Ramadhan yang mana rasul bersabda dalam Hadist riwayat Ahmad, al-Bukhari dan Muslim, begitu juga dengan Ashab al-Sunan :
من صام رمضان إيمانا واحتسابا غفرله ماتقدم من ذنبه
“Siapa yang berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan ihtisab, nescaya diampun baginya dosa yang terdahulu”.
Dan kini kita berada di bulan syawwal dan masih dalam sesuasana Idul Fitri dan halal bi halal dan telah melaksanakan puasa 6 hari syawwal yang mana keutamaannya diterangkan dalam sabda rasulallah SAW :
عن أبي أيوب رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : من صام رمضان ثم أتبعه ستا من شوال كان كصيام الدهر ( رواه مسلم )
عن ابن عمر رضي الله عنهما قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : من صام رمضان ثم أتبعه ستا من شوال خرج من ذنوبه كيوم ولدته أمه
Maka dengan puasa ramadhan dan syawwal yang kita lakukan kita sudah bersih dari semua dosa- dosa , putih bersih sepeti Bayi yang baru dilahirkan seperti kertas putih yang masih kosong tanpa tulisan dan bintik – bintik dosa.
Maka dosa – dosa yang berhubungan dengan Allah ( hablun Minallah ) kita yakin semua sudah diampunkan, sekarang yang masih meragukan adalah dosa yang berhubungan dengan sesama ( hablun minannas ) maka sebelum kita dimaafkan maka kesalahan tersebut akan terus kita bawa sampai akhirat untuk kita pertanggung jawabkan didepan Qadhi Rabbul Jalil.
Maka marilah kita saling memaafkan karena bulan ini adalah bulan dan saat yang paling tepat untuk itu semua, sehingga kebersihan kita lebih sempurna
Allah SWT berfirman :
134. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
199. jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.
34. dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara Dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.
Al-'Afw (Maaf)
Kata al-'afw terulang dalam Al-Quran sebanyak 34 kali. Kata ini pada mulanya berarti berlebihan, seperti firman-Nya:
Mereka bertanya kepadamu tentang hal yang mereka nafkahkan (kepada orang). Katakanlah, "al-'afw" (yang berlebih dari keperluan) (QS Al-Baqarah [2]: 219).
Yang berlebih seharusnya diberikan agar keluar. Keduanya menjadikan sesuatu yang tadinya berada di dalam (dimiliki) menjadi tidak di dalam dan tidak dimiliki lagi. Akhirnya kata al-'afw berkembang maknanya menjadi keterhapusan. Memaafkan, berarti menghapus luka atau bekas-bekas luka yang ada di dalam hati.
Membandingkan ayat-ayat yang berbicara tentang tobat dan maaf, ditemukan bahwa kebanyakan ayat tersebut didahului oleh usaha manusia untuk bertobat. Sebaliknya, tujuh ayat yang menggunakan kata 'afa, dan berbicara tentang pemaafan semuanya dikemukakan tanpa adanya usaha terlebih dahulu dari orang yang bersalah. Perhatikan ayat-ayat berikut:
Allah mengetahui bahwa kamu tadinya mengkhianati dirimu sendiri (tidak dapat menahan nafsumu sehingga bersetubuh di malam hari bulan Ramadhan dengan dugaan bahwa itu haram) maka Allah memaafkan kamu (QS Al-Baqarah [2]: 187).
Allah memaafkan kamu, mengapa engkau memberi izin kepada mereka, sebelum engkau mengetahui orang-orang yang benar (dalam alasannya) dan sebelum engkau mengetahui pula para pembohong? (QS Al-Tawbah [9]: 43).
Balasan terhadap kejahatan adalah pembalasan yang setimpal, tetapi barangsiapa yang memaafkan dan berbuat baik, ganjarannya ditanggung oleh Allah (QS Al-Syura [42]: 40).
Perhatikan juga firman-Nya dalam surat Ali-'Imran ayat 152 dan 155, juga Al-Maidah ayat 95 dan lOl. Ternyata tidak ditemukan satu ayat pun yang menganjurkan agar meminta maaf, tetapi yang ada adalah perintah untuk memberi maaf.
Hendaklah mereka memberi maaf dan melapangkan dada Tidakkah kamu ingin diampuni oleh Allah? (QS Al-Nur [24): 22).
Kesan yang disampaikan oleh ayat-ayat ini adalah anjuran untuk tidak menanti permohonan maaf dari orang yang bersalah, melainkan hendaknya memberi maaf sebelum diminta. Mereka yang enggan memberi maaf pada hakikatnya enggan memperoleh pengampunan dan Allah Swt. Tidak ada alasan untuk berkata, "Tiada maaf bagimu", karena segalanya telah dijamin dan ditanggung oleh Allah Swt.
Perlu dicatat pula, bahwa pemaafan yang dimaksud bukan hanya menyangkut dosa atau kesalahan kecil, tetapi juga untuk dosa dan kesalahan-kesalahan besar.
Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 51-52, berbicara tentang pemaafan Allah bagi umat Nabi Musa a.s. yang mempertuhankan lembu/ baqarah.
Dan (ingatlah) ketika Kami berjanji kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah empat puluh hari, lalu kamu menjadikan anak lembu (yang dibuat dari emas) untuk disembah sepeninggalnya, dan kamu adalah orang-orang yang zalim. Kemudian sesudah itu Kami maafkan kesalahanmu, agar kamu bersyukur (QS Al-Baqarah [2]: 51-52).
Akhirnya :
Menurut penelitian terakhir, para ilmuwan Amerika membuktikan bahwa mereka yang mampu memaafkan adalah lebih sehat baik jiwa maupun raga. Orang-orang yang diteliti menyatakan bahwa penderitaan mereka berkurang setelah memaafkan orang yang menyakiti mereka. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa orang yang belajar memaafkan merasa lebih baik, tidak hanya secara batiniyah namun juga jasmaniyah. Sebagai contoh, telah dibuktikan bahwa berdasarkan penelitian, gejala-gejala pada kejiwaan dan tubuh seperti sakit punggung akibat stress [tekanan jiwa], susah tidur dan sakit perut sangatlah berkurang pada orang-orang ini.
Sebuah tulisan berjudul "Forgiveness" [Memaafkan], yang diterbitkan Healing Current Magazine [Majalah Penyembuhan Masa Kini] edisi bulan September-Oktober 1996, menyebutkan bahwa kemarahan terhadap seseorang atau suatu peristiwa menimbulkan emosi negatif dalam diri orang, dan merusak keseimbangan emosional bahkan kesehatan jasmani mereka. Artikel tersebut juga menyebutkan bahwa orang menyadari setelah beberapa saat bahwa kemarahan itu mengganggu mereka, dan kemudian berkeinginan memperbaiki kerusakan hubungan. Jadi, mereka mengambil langkah-langkah untuk memaafkan. Disebutkan pula bahwa, meskipun mereka tahan dengan segala hal itu, orang tidak ingin menghabiskan waktu-waktu berharga dari hidup mereka dalam kemarahan dan kegelisahan, dan lebih suka memaafkan diri mereka sendiri dan orang lain.
Semua penelitian yang ada menunjukkan bahwa kemarahan adalah sebuah keadaan pikiran yang sangat merusak kesehatan manusia. Memaafkan, di sisi lain, meskipun terasa berat, terasa membahagiakan, satu bagian dari akhlak terpuji, yang menghilangkan segala dampak merusak dari kemarahan, dan membantu orang tersebut menikmati hidup yang sehat, baik secara lahir maupun batin. Namun, tujuan sebenarnya dari memaafkan –sebagaimana segala sesuatu lainnya – haruslah untuk mendapatkan ridha Allah. Kenyataan bahwa sifat-sifat akhlak seperti ini, dan bahwa manfaatnya telah dibuktikan secara ilmiah, telah dinyatakan dalam banyak ayat Al Qur’an, adalah satu saja dari banyak sumber kearifan yang dikandungnya.
Maka janganlah hanya karena satu aib tersembunyi atau dosa kecil yang sebenarnya bisa ditutupi oleh kebaikannya yang lebih banyak kita menjadi jauh dari seorang yang pernah kita puji latar belakangnya. Karena kita tidak akan menemukan seorang pun yang sopan tanpa satu aib dan dosa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar