Selasa, 04 Januari 2011

Darah Haid dan Nifas

Haidh dan Nifas
Usul 28 /B;5: Seorang ibu biasa mengalami menstruasi tiga hari, setelah berlangsung dua hari darahnya berhenti keluar. Pertanyaannya:
a. Wajibkah ia mandi jenabah langsung dengan tidak menunggu sampai 3 ( tiga ) hari?
c. Bolehkah suami istri itu mlakukan hubungan suami istri sebelum istrinya itu mandi jenabah?


Jawab : Apabila seorang perempuan sudah putus dari haidhnya sekalipun di luar waktu kebiasaanya wajib mandi haid dan wajib sholat, dan boleh di setubuhi oleh suaminya. Andai kata keluar lagi darahnya wajib ia imsak dari sholat itu dan menunggu lagi sampai putus darahnya, Bagi wanita yang putus darah haidnya bulum boleh di setubuhi oleh suaminya selama wanita itu belum mandi haidh ( Bukan Mandi jenabah )

Haid pada bulan puasa
Usul 21 / B;7: Pada Bulan Puasa ada seorang wanita haid selama 9 hari dari tanggal : 1 – 9 . kemudian suci( tidak keluar darah ) selama 13 hari , setelah itu keluar lagi darahnya selama 6 hari, yang saya usulkan :
a. Berapa harikah di antara darah – darah tersebut yang termasuk darah haid?
b. Suci ( Tidak keluar darah ) selama 13 hari yang menyelangi antara darah yang pertama dan kedua termasuk haid atau suci?
c. Berapa harikah puasa yang wajib di Qadha’nya?
Jawab:Kita semua sudah ma’lum bahwa sebanyak-banyak masa haid 15 hari 15 malam, dalam masa suci sekurang- kurangnya antara dua haid itu: 15 hari 15 malam,tak mungkin di jadikan 13 hari yang menyelanginya itu jadi masa haid, jadi jumlahnya semuanya sebagi berikut: 9 hari di tambah 13 hari tambah 6 hari smadengan = 28 hari. Jumlah ini jauh lebih banyak dari masa haid. Dan yang kita yakinkan bahwa 15 hari suci dengan jalan: 13 hari tambah 2 hari masa keluar darah pertama di jadikan istihadah, sedangkan sisanya 7 hari ( yaitu 9 hari - 2 hari = 7 hari ) itu adalah darah haid itu sendiri, dan masa keluar darah yang kedua ( 06 hari ) Haid tersendiri.
Dan sembahyang yang wajib di qadha’nya sembahyang yang di tinggalkan pada masa istihadah ( yaitu 2 hari ) adapun puasa yang di tinggalkan semuanya wajib di qadha’


Biasa Haidh 3 hari lalu keluar 2 hari
Usul 5 /B 6 : Seorang ibu biasa mengalami menstruasi ( haidh ) selama tiga hari , tatapi setelah belangsung dua hari darahnya berheti keluar . pertanyaan kami :
a. Wajibkah ia mandi janabah langsung dengan tidak menunggu sampai 3 hari?
b. Bolehkah suami istri tersebut melakkan sengama atau duhul sebelum mandi janabah istrinya?.
Jawab : Sebelum kami menjawab pertanyaan tersebut di atas terlebih dahulu kami jelaskan bahwa mandi setelah mengalami menstruasi itu itu namanya mandi haidh. Bukan mandi janabah.
Baiklah kami akan menjaab usul tersebut , Apabila perempuan haidh telah putus darahnya, maka wajib ia mandi haidh dan wajib sembahyang. Kemudian bila darahnya keluar lagi setelah satu atau dua hari wajib berhenti sembahyang dan wajib menunggu lagi sampai suci, kemudian wajib mandi lagi. Tidak boleh suaminya mensetubuhi istrinya sebelum mandi haidh.



Darah Nifas
Usul 19 / B;3: Seorang perempuan melahirkan anak pada Awal ramadhan darahnya tetap keluar sampai Awal bulan Syawal, kemudian tanggal 2 sampai tanggal 10 syawal darahnya terputus ia mengqadha’ puasanya,maka selang 10 hari setelah ia mengqadaha’ puasanya kembali lagi ia mengeluarkan darah, pertanyaannya:
c. Darah yang keluar setelah mengqadha’ puasa selama 10 hari itu apakah termasuk darah Haid atau Nifas?
d. Sahkah Puasa Qadha’nya selama 10 hari itu ?
Jawab : di dalam kitab Fiqih “ Ala Mazhabil Arba'ah “ ada ibarat sebagai berikut :
النقا ء المتخلل بين النفا س ان كا ن اقل من خمسة عشر ة يو ما فهو نفا س و ان كا ن اكثر من ذ لك
فا لد م الثا ني حيض
Dari mana kita mengetahui 10 hari tersebut termasuk Nifas, sembahyang Qadha’ itu tidak sah sebab di hitung masa tersebut dalam Nifas, Cuma tidak berdosa karana sangkaan akan terus- menerus.


Menulis Al-Qu’an dan memegangnya
Usul 9 / B: 4:Bolehkah kita menulis Al- Qur’an dengan huruf Latin? Dan apakah hokum kita memegangnya dengan tampa Wudu’?
Jawab : Di dalam “ Hasyiah Bujairimi Juzu’ Awal Muka 329 . Ibaratnya sebagai berikut:
و يجوز كتا بة القران بغير العر بية ويحرم مسه و حمله والحا لة ما ذكر
Artinya : Boleh di tulis Al- Qur’an denngan yang bukan huruf Arab , dan haram menyentuhnya dan haram pula membawanya sekalipun di tulis dengan huruf selain huruf arab, kemudian dia berkata :
وافتى شيخنا رملي بجواج كتابة القران بالقلم الهندي وقياسه جوازه بنحو التركي ايضا
Artinya : Telah memberi fatwa guru kami Muhammad Ramli bolehnya menulis Al- Qur’an dengan huruf India dan boleh pula dengan huruf turki, pengertiannya boleh juga dengan huruf yang lainnya dan haram menyentuhnya sekalipun di tulis dengan huruf lainnya, dan wajib di baca dengan bacaan Huruf Arab, Dan sebaiknya jangan di tulis dengan huruf yang selain huruf Arab agar jangan di baca oleh orang yang tidak tahu huruf Arab dengan Lahan, sedangkan membaca Al- Qur’an dengan Lahan tidak boleh. Misalnya kalimat : حضر di baca : حد لر dan sering kita mendengar orang mengucapkan : حد لير Kalau mereka membaca : حاضر dan sebagainya, Maka dengan demikian sebagusnya jangan di tulis dengan yang selain huruf Arab: سد الذر يعة Artinya menutup jalan agar jangan salah cara membaca Al- qur’an.

Menulis ayat Al-Qur’an
dalam Ujian / Ulangan dan ia haid
Usul 15/B;2 : Bagaimanakah Hukum orang perempuan Menulis ayat Al-qur’an dalam keadaan haid sedangkan mereka sedang mengikuti Ujian/ Ulangan sekolah?
Jawab: Memegang atau menulis al-Qur’an bagi orang yang berhadas besar, junub atau haid adalah haram, Masalah di dalam Ujian tidak menjadi Uzur / halangan sebab dapat beralasan lain, apalagi jika dia bersekolah di sekolah agama misalnya di : IAIN.

Rambut orang yang berhadas besar
Usul 3/B;3: Apakah hukumnya biala rambut orang yang berhadas besar jatuh dengan di sisir, apakah rambut itu wajib di basuh?
Jawab: Sesuai dengan apa yang tercantum dalam kitab Fiqih bahwa di sunnatkan bagi orang sedang berhadas besar tidak memotong kuku atau menyisir rambutnya sebelum mandi. Dan kalau hal itu terjadi maka rambut yang jatuh dan kuku yang terpotong tidak wajib di basuh. Hanya wajib membasuh tempat tumbuh rambut yang jatuh dan begitu pula tempat di mana kuku itu di potong. Sebagaimana dalam kitab” Riadul Badi’ah “ halaman : 24 sebgai berikut:
لو نطف شعر ة لم يغسلها وجب غسل محلها

Lihat Artikel lainya yang berkaitan dengan :



Tidak ada komentar:

Posting Komentar